Bismillahirahmanirrahim
Asalmu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Kini murid Primagama sudah menjadi lebih dari
100 ribu orang per-tahun, dengan ratusan outlet di ratusan kota di Indonesia.
Karena perkembangan itu Primagama ahirnya dikukuhkan sebagai Bimbingan Belajar
Terbesar di Indonesia oleh MURI (Museum Rekor Indonesia). Bahkan kini Primagama
sudah menjadi Holding Company yang membawahi lebih dari 20 anak
perusahaan yang bergerak di berbagai bidang seperti: Pendidikan Formal,
Pendidikan Non-Formal, Telekomunikasi, Biro Perjalanan, Rumah Makan,
Supermarket, Asuransi, Meubelair, Lapangan Golf dan lain sebagainya. la sukses membuat Primagama
beromset hampir 70 milyar per tahun, dengan 200 outlet di lebih dari 106 kota.
Menurut Rhenald, pebisnis perlu mencari diferensiasi untuk menangkap peluang bisnis yang bagus. Caranya, pebisnis perlu jeli melihat masalah. Pebisnis perlu memiliki multi perspektif. Meyakini bahwa di mana ada problem pasti ada solusi. Baca artikelnya dengan judul Jadilah Trendsetter, Bukan Follower.
- Solusi tepat alih belanja pulsa Anda. Daftar GRATIS dan bonus MELIMPAH.
Asalmu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Mungkin
sebagian pembaca pernah mendengar nama atau bahkan mungkin pernah juga
mengenyam bimbingan belajar di Lembaga Pendidikan Primagama. Primagama pada awalnya didirikan oleh
Purdie Candra bersama teman-temanya pada tanggal 10 Maret 1982. Pada saat
mendirikan lembaga pendidikan ini, Purdie masih berstatus sebagai mahasiswa di
4 fakultas dari 2 Perguruan Tinggi Negeri di Yogyakarta. Namun karena merasa
“tidak mendapat apa-apa” ia nekad meninggalkan dunia pendidikan untuk
menggeluti dunia bisnis.Secara tak resmi, pria kelahiran Lampung 9 September
1959 ini memang sudah mulai berbisnis sejak ia masih duduk di bangku SMP di
Lampung, yakni ketika dirinya beternak ayam dan bebek, dan kemudian menjual
telurnya di pasar.
Pada masa awal , Candra banyak megalami
kesulitan dalam merintis lembaga bimbingan . Hal ini dikarenakan masih
banyaknya orang yang tak menyadari akan pentingnya pendidikan belajar di luar
sekolah dan masih belum terkenalnya sistem lembaga belajar atau les. Dengan
“jatuh bangun” Purdi menjalankan Primagama. Dari semula hanya 1 outlet dengan
hanya 2 murid, Primagama sedikit demi sedikit berkembang. Purdi selalu ditemani
sang istri untuk berkeliling kota di seluruh Indonesia membuka cabang-cabang
Primagama. Dan atas bantuan istrinya pula usaha tersebut makin berkembang.
Sebagai tokoh yang bergerak di bidang
pendidikan, apa kata Purdie Candra tentang nyontek dalam berbisnis ? Ini
artikelnya :
Apa boleh kita menyontek
bisnis atau kesuksesan pengusaha lain? Saya kira dalam dunia usaha, itu sah-sah
saja. Apalagi bagi kita yang baru belajar memulai usaha. Saya sendiri ketika
pertama kali buka usaha sewaktu mahasiswa dulu, saya juga bingung mau usaha
apa. Saya lihat, Sky Mulyono sukses besar buka bimbingan belajar di Jakarta.
Saya pikir, kenapa saya tidak buka bimbingan belajar di Yogya.
Waktu itu saya belum punya
pengalaman bisnis. Pokoknya saya buka saja. Saya tak pernah menghitung-hitung,
apakah bisnis itu feasible atau tidak. Karena saya yakin kalau
usaha Sky Mulyono bisa sukses, maka saya pun bisa sukses. Pendeknya saya
memberanikan membuka usaha bimbingan belajar itu, baru hitungan bisnisnya
menyusul. Bukan sebaliknya, kita banyak hitungan bisnis, tapi akhirnya usaha
tak pernah muncul-muncul, dan hanya sekedar ide. Akhirnya saya buka bimbingan
belajar Primagama. Begitu juga, ketika saya buka restoran Padang Prima Raja,
saya juga meniru kesuksesan restoran Padang Sari Ratu di Jakarta.
Ini beda dengan tradisi
sistem pendidikan kita di sekolah. Jadi yang namanya nyontek dilarang keras.
Padahal, menurut saya orang nyontek itu kratif. Nyontek dalam bisnis itu
sah-sah saja. Maka Bambang Rahmadi nyontek membuka McDonald-nya lewat franchise
bisa sukses. Begitu juga pengusaha Pizza Hut, Kentucky Fried Chicken, dan masih
banyak usaha lainnya.
Usaha mereka makin jadi
besar juga bukan karena modal besar. Sebaliknya mereka sukses dari modal kecil.
Memang tak sedikit tantangan atau kegagalan yang dialaminya. Tapi semuanya
dilalui dengan sabar karena mereka ingin meraih sukses dalam usahanya.
Saya yakin, kita pun bisa
demikian. Kalau orang lain maju usahanya, kita semestinya harus maju pula. Oleh
karena itu menurut saya “Kita tak usah khawatir dengan resiko bisnis kalaupun
itu muncul”. Hadapilah dengan sabar dan penuh percaya diri. Kita harus yakin
pada usaha kita.
Memang benar apa yang
pernah dikatakan Peter F. Drucker, bahwa, “ Sebenarnya tiap orang dapat belajar
jadi entrepreneur sukses”. Sebab untuk jadi entrepreneur tidak ada yang
misterius. Buktinya coba kalau kita jeli, sebenarnya peluang bisnis di depan
mata kita, yang kita jalankan. Namun, memang akhirnya kembali pada kita.
“Beranikah untuk mencoba peluang tersebut?”
Saya jadi teringat dengan apa yang dikatakan oleh Prof Rhenald Kasali PhD yang mengatakan "....menjalankan bisnis yang sama hanya akan menjadikan produk sebagai komoditi. Kemudian yang akan terjadi adalah persaingan harga....Jika semua orang melihat peluang yang sama, lalu memutuskan menjalankan usaha yang sama maka akan terjadi over supply....Jika terjadi over supply, pebisnis akan bermain harga dan akibatnya harga jatuh,"
Menurut Rhenald, pebisnis perlu mencari diferensiasi untuk menangkap peluang bisnis yang bagus. Caranya, pebisnis perlu jeli melihat masalah. Pebisnis perlu memiliki multi perspektif. Meyakini bahwa di mana ada problem pasti ada solusi. Baca artikelnya dengan judul Jadilah Trendsetter, Bukan Follower.
Nah lho...kata Purdie Candra menyontek bisnis itu sah-sah saja, sementara Prof Rhenald Kasali PhD menganjurkan untuk mencari deferensiasi, mana nih yang musti diikuti ?
Saya pikir keduanya bisa kita jalankan. Seperti Purdie Candra dalam artikelnya, beliau memang melakukan pencotekan dari bisnisnya (Primagama). Ini hanya pada sisi ide orisinalnya. Dia mencontek usaha orang lain yang bergerak dibidang bimbingan belajar atau les. Yang dicontek itu berada di Jakarta sementara beliau tinggal di Yogyakarta dan di daerah tersebut memang masih jarang ada institusi/lembaga pendidikan yang bernama bimbingan belajar pada saat itu. Belum ada yang mengenal malah. Jadi idenya memang menyontek tapi penerapannya yang beda. Tiap daerah pasti punya budayanya sendiri dan tiap orang juga punya karakternya sendiri. Meski Purdie Candra menyontek bisnis orang lain tapi beliau melakukan deferensiasi dengan melakukan perubahan-perubahan disesuaikan dengan karakter daerah dan karakter pribadinya serta penemuan solusi atas permasalahan yang muncul bersamaan dengan perjalanan bisnisnya. Dengan demikian apa yang dikatakan Prof Rhenald Kasali ada betulnya. Bahwa deferensiasi diperlukan dalam bisnis.
So teman-teman kalau memang tidak punya ide bisnis boleh-boleh saja kok menyontek bisnis orang lain, tapi lakukanlah deferensiasi agar produknya tidak over supply yang akan berimbas pada permainan harga dan persaingan bisnis...
Semoga bermanfaat adanya.
Wassalam,
Salam sejahtera selalu,
Mochamad Choliq Heru Purnomo.
Disadur dari sumber :
Disponsori oleh :
- Solusi tepat alih belanja pulsa Anda. Daftar GRATIS dan bonus MELIMPAH.
saya suka blog anda, saya berharap untuk melihat lebih banyak dari anda. apakah anda menjalankan situs lain????
BalasHapusTerimakasih ya Cream Pemutih Ketiak atas apresiasinya pada blog sederhana saya ini. Blog ini merupakan web saya satu-satunya untuk berbagi pada sesama.
BalasHapus