Selasa, 31 Juli 2012

Berikan Pendidikan Karakter Sejak Dini

Bismillahirahmanirahim


Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Belakangan ini “ancaman kehidupan anak kian nyata. Anak-anak tumbuh dan berkembang dalam kehidupan yang diwarnai pelanggaran terhadap hak orang lain, kekerasan, pemaksaan, ketidakpedulian, kerancuan antara benar dan salah, baik dan tidak baik, perilaku yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

Kondisi ini menimbulkan keprihatinan lagi karena anak dibiarkan menelan semua informasi yang dia terima dari televise maupun media cetak.

Oleh karena itu membangun kacerdasan moral anak sangat penting dilakukan agar suara hati anak dapat membedakan mana yang baik dan benar sehingga dapat menangkis pengaruh buruk dari luar.

Kegelisahan tentang pengaruh buruk informasi yang diakses anak dengan mudah lewat teknologi informasi saat ini juga dirasakan oleh Diani, 30, ibu satu anak yang tinggal di Kerten, Solo.

“Saya bingung, saat saya bekerja, anak saya tinggal bersama eyangnya di rumah. Tapi kosa kata anakku yang diserap dari televise makin bertambah, bahkan sekarang berani membentak-bentak orang tua termasuk eyangnya juga,” kata Diani yang juga karyawan swasta di Solo.

Padahal anaknya lebih suka bermain play station dan nonton TV di rumah. Anaknya jarang bermain dengan anak sebayanya di lingkungan perumahan. Berbeda dengan Sapto, 36, ayah dua anak ini mengaku mempercayakan pendidikan anaknya di sekolah fullday, sehingga pembentukan karakter anaknya lebih terarah. “Kebetulan saya bekerja di kantoran yang pulang sore, jadi sekalian menjemput anak pulang,” lanjutnya.

Sepulang di rumah, lanjutnya, dia memberi kesempatan anaknya untuk bermain dengan teman sebaya, anak tetangga sehingga anak tidak kehilangan waktu bermain.
“Tapi kalau malam, anakku harus tepati jadwal belajar yang dia buat sendiri dan kapan saat nonton TV. Saya tidak mau diktator terhadap anak, sehingga dua anakku kuberi kesempatan belajar untuk mengatur waktunya setiap hari.”

Menghargai Waktu

Dengan demikian, sambung Sapto, anaknya justru lebih disiplin menghargai waktu. Bagaimana menanamkan nilai-nilai yang dapat membentuk karakter ? Menurut Abdul Mujib, Guru Besar Psikologi Islam Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pengembangan karakter individu dipengaruhi oleh dua faktor determinan yaitu faktor eksternal berupa kebudayaan dan nilai serta faktor internal berupa aktualisasi potensi. Dikatakan Mujib, karakter tidak dapat tumbuh dengan baik begitu saja melainkan membutuhkan proses yang panjang. Pemberian asupan nilai dan kebudayaan-perilaku yang berulang-ulang sehingga membentuk habit-membuat anak lebih praktis belajar dari orang dewasa.

Sedangkan faktor internal berupa proses aktualisasi potensi diri, sambung Mujib, membuat individu dapat memilah mana yang perlu diaktualisasikan dan mana yang perlu dikendalikan.
“Persoalan kita lebih bagaimana mendesain rumusan karakter yang mudah diimplementasikan dan diukur penerapannya sehingga nantinya memiliki norma baku yang dapat dijadikan standard dalam menentukan baik buruknya karakter individu,” jelas Abdul Mujib pada seminar nasional Aplikasi Psikologi Islam dalam Pendidikan Karakter di Auditorium Universitas Muhammadiyah Surakarta ( UMS ), Sabtu, (21/4).

Hal senada juga diungkapkan Listyo Yuwanto, Psikolog yang juga Staf Pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Surabaya, pendidikan karakter secara ideal ditanamkan sejak anak berusia dini. “Orangtua dan guru memiliki peran yang penting dalam pendidikan karakter anak sejak usia dini,” kata Listyo.

Pendidikan karakter pada anak usia dini dapat diberikan melalui social stories, yaitu cerita pendek dalam kehidupan sehari-hari yang memuat nilai atau perilaku positif. “Salah satu metodenya dapat disampaikan lewat dongeng,” jelasnya.

Pendidikan karakter, sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah juga di rumah dan di lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan sekolah. Bahkan sekarang ini peserta pelatihan-pelatihan pendidikan karakter bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi juga usia dewasa.

Persaingan kualitas diri seseorang sekarang ini kerap sekali muncul, bukan hanya dari faktor pendidikan namun juga dari kualitas diri seperti tingkah laku atau pembawaan seseorang.
Saat itu, anak-anak masa kini akan menghadapi persaingan dengan rekan-rekannya dari berbagai belahan Negara. Tuntutan kualitas sumber daya manusia tentunya membutuhkan good character, karena bagaimana pun karakter merupakan kunci keberhasilan individu.
Bisa diartikan bahwa karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan. Karakter terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.




Noviar Rahmat Rizki, yang sehari-hari bekerja sebagai trainer Lembaga Pendidikan di Rumah Anak Jenius Indonesia Jogja menerangkan pendidikan karakter memang seharusnya diterapkan sejak dini. Bukan hanya pendidikan akademik saja yang dipentingkan, karena sesungguhnya pendidikan karakter ini tidak kalah penting untuk anak-anak.

“Sebagai contoh, seorang psikopat itu biasanya adalah orang yang pintar. Segala tindakannya sudah diperhitungkan terlebih dahulu dengan cermat. Seseorang bisa menjadi psikopat karena karakter orang tersebut buruk,” jelas Noviar.

Percaya Diri

Tujuan pendidikan karakter itu sendiri untuk mengajarkan kepada anak agar memiliki kepercayaan diri yang tinggi sehingga bisa membawa mereka masuk kesemua kalangan masyarakat. Selain itu anak juga diajarkan untuk bisa menghormati orang lain. Yang perlu diingat memberikan pendidikan karakter bukan semata-mata tugas pihak sekolah.
Dalam 24 jam anak hanya lima sampai enam jam berada di sekolah. Sisanya anak berada di lingkungan sosial seperti keluarga dan masyarakat. Disinilah peran penting keluarga dan orangtua sebagai pembentuk karakter anak yang sesungguhnya. “Fungsi orangtua yang paling besar. Ibaratnya orangtua lah yang paling besar menggoreskan tinta dalam lembar putih. Orangtua adalah seseorang yang mencetak awal karakter anak sehingga dibutuhkan keterampilan dan pengetahuan yang luas agar bisa membentuk karakter dengan baik. Saat ini telah ada sekolah yang untuk orangtua supaya mereka bisa membentuk karakter anaknya sejak dini,” terang Noviar.

Jadi pastikan Anda memberikan suatu kesempatan pada anak Anda untuk melakukan apa-apa yang dia telah mampu lakukan. Itulah kunci untuk membantu seorang anak memiliki karakter mandiri, percaya diri dan mempu mengerjakan segala sesuatu dengan tanggung jawab penuh.

semoga bermanfaat adanya.


Wassalam,
Salam sejahtera selalu,


Mas Heru

Sumber :  Dikutip dari Solopos, Minggu Pon, 29 April 2012.



Disponsori oleh : - PULSAGRAM 












                              - SYNERGY WORLDWIDE







Tidak ada komentar: