Bismillahirahmanirahim
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Marhaban
Ya Ramadhan. Betapa cepatnya matahari mengelilingi bumi, hanya tinggal
menyisakan sedikit sinarnya di ufuk barat tanda siang akan segera pergi, bulan
Sya’ban akan berlalu dengan berbagai catatan hidup. Biarlah catatan hidup kita
berlalu bersama berlalunya bulan Sya’ban karena kita akan menyongsong catatan
baru bersama bulan yang agung, bulan Ramadhan. Ramadhan, bulan yang penuh
rahmat dan ampunan.
Blog Catatan Mas Heru beserta
keluarga besar Mochamad Choliq Heru Purnomo ( Mas Heru ) mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa kepada anda yang beragama Islam.
Mohon di maafkan segala kesalahan yang telah Heru sekeluarga perbuat, baik yang di sengaja
ataupun yang tidak di sengaja. Semoga dengan datangnya Ramadhan tahun ini, kita
bisa menjadi insan yang semakin bertakwa. Amiin. Semoga Allah SWT menerima Amal
Ibadah Puasa kita .....
Untuk
menyambut datangnya bulan suci Ramadhan tahun ini, maka akan saya kutipkan goresan
pena dari Ustadz Muhammad Niam, LLM, Dewan Asatidz PV. Selamat membaca dan mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk menjalankan
ibadah puasa yang penuh rahmat dan barokah
=====ooo000ooo=====
Umat Islam kini
kembali menjalankan ibadah puasa Ramadan. Bulan yang oleh Allah subhanahu
wata'ala dihimpun di dalamnya rahmah (kasih sayang), maghfirah(ampunan),
dan itqun minan naar (terselamatkan dari api neraka). Bulan
Ramadan juga disebut dengan "shahrul Qur'an", bulan diturunkannya
al-Qur'an yang merupakan lentera hidayah ketuhanan yang sangat dibutuhkan umat
manusia dalam membedakan mana yang baik dan mana yang buruk serta mana jalan
yang benar dan mana jalan yang sesat.
Ibnu Katsir
dalam tafsirnya menjelaskan bahwa Allah SWT mengistemewakan bulan Ramadan di
atas bulan-bulan lainnya dengan menurunkan Al-Qur'an di dalamnya. Kitab-kitab
suci yang diturunkan kepada nabi-nabi terdahulu juga diturunkan pada bulan
Ramadan. Kitab nabi Ibrahim (suhuf) diturunkan pada malam pertama bulan
Ramadan, kitab Zabur diturunkan kepada nabi Dawud pada malam kedua belas bulan
Ramadan, kitab Taurat diturunkan kepada nabi Musa pada malam keenam bulan
Ramadan dan kitab Injil kepada nabi Isa diturunkan pada malam ketiga belas
bulan Ramadan. Kitab-kitab tersebut merupakan petunjuk bagi umat manusia ke
jalan yang benar dan penyelamat dari jalan yang sesat. Maka bulan Ramadan dalam
sejarahnya merupakan bulan dimulainya gerakan membasmi kemusyrikan di muka
bumi, menghancurkan kekufuran, menepis kedengkian, melawan kebatilan dan
kemungkaran, hawa nafsu serta kesombongan.
Melalui puasa
Ramadan, Allah SWT menguji hamba-Nya untuk mengendalikan nafsunya, serta
memberikan kesempatan kepada kalbu untuk menembus wahana kesucian dan dan
kejernihan rabbani. para hukama terdahulu meyakini bahwa dengan perut adalah
pengendali nafsu manusia. Luqman Hakim pernah menasehati anaknya ”Wahai anakku,
manakala perutmu kenyang, maka tidurlah fikiranmu, sirnalah kecerdikanmu dan
anggota tubuhmu enggan beribadah”. Ali bin Abi Thalib r.a. juga berkata:
”Manakala perutmu penuh, maka kamu adalah orang yang lumpuh”. Sahabat Umar
menambahkan: ”Barangsiapa banyak makannya, maka ia tidak akan merasakan
kenikmatan dzikir kepada Allah”.
Puasa Ramadan
dengan demkian merupakan pengendalian diri dari hegemoni nafsu syahwat dan
pemisahan diri dari kebiasaan buruk dan maksiat, sehingga memudahkan bagi
seorang hamba untuk menerima pancaran cahaya ilahiyah. Fakhruddin al-Razi
menjelaskan dalam tafsirnya Mafatihul Ghaib, bahwa cahaya ketuhanan
tak pernah redup dan sirna, namun nafsu syahwat kemanusiaan sering
menghalanginya untuk tetap menyinari sanubari manusia, puasa merupakan
satu-satunya cara untuk menghilangkan penghalang tersebut. Oleh karena itu
pintu-pintu mukashafah(keterbukaan) ruhani tidak ada yang mampu
membukanya kecuali dengan puasa.
Imam Al-Ghazali
menerangkan bahwa puasa adalah seperempat iman, berdasar pada hadis Nabi: Ash
shaumu nisfush shabri, dan hadis Nabi saw: Ash Shabru Nisful Iman. Puasa itu
seperdua sabar, dan sabar itu seperdua iman. Dan puasa itu juga ibadah yang mempuyai
posisi istimewa di mata Allah. Allah berfirman dalam hadis Qudsi:
"Tiap-tiap kebajikan dibalas dengan sepuluh kalilipat, hingga 700 kali
lipat, kecuali puasa, ia untuk-Ku, Aku sendiri yang akan membalasnya".
Imam Ghozali
juga menjelaskan bahwa puasa mempunyai tiga tingkatan. Pertama puasa kalangan
umum, yaitu menjaga perut dan alat kelamin dari memenuhi shawatnya sesuai aturan
yang ditentukan. Kedua adalah puasa kalangan khusus, yaitu selain puasa umum
tadi dengan disertai menjaga pendengaran, penglihatan, mulut, tangan dan kaki
serta seluruh anggota tubuh lainnya dari perbuatan maksiat. Ketiga, yang paling
tinggi, adalah puasa kalangan khususnya khusus, yaitu puasa dengan menjaga hati
dan pemikiran dari noda-noda hati yang hina dan dari hembusan pemikiran duniawi
yang sesat serta memfokuskan keduanya hanya kepada Allah. Inilah puncak
kontemplasi hamba dengan Allah SWT.
Puasa Ramadan
merupakan kesempatan bagi umat Islam untuk meningkatkan kualitas dimensi
keagamaannya. Pertama, dimensi teologis dan spiritualitas yang tercermin dalam
komunikasi antara manusia dan Tuhannya, sehingga memungkinkan dalam dirinya
semakin berkembang sifat-sifat ketuhanan yang sebenarnya sudah dimiliki, yakni
sifat-sifat positif untuk berbuat kebajikan dan tertanam kepekaan hati nurani
dalam bertingkah laku.
Kedua, dimensi
sosial. Yaitu tumbuhnya kesadaran sosial dalam batin untuk peduli dengan aspek-aspek
sosial kemanusiaan. Kualitas kesadaran batin dapat diukur dengan tingkat
kepedulian terhadap realitas sosial tersebut, seperti ketaatan kepada pemimpin,
hormat dan berbakti kepada orang tua, menyantuni anak yatim dan orang-orang
miskin, membela orang yang tertindas hak dan martabatnya, keberanian melakukan
kontrol sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Ketiga, dimensi
mental. Dengan berpuasa akan melahirkan mental tegar dan tahan banting,
sehingga mampu untuk mengahadapi berbagai tantangan, cobaan, godaan, dan ujian
dalam kehidupan ini. Senantiasa optimistis dalam berikhtiar dan berusaha untuk
meraih kehidupan yang lebih baik dengan tetap mengacu pada nilai-nilai etika
dan moral agama. Puasa juga akan melatih mentalitas kita untuk sportif dan
jujur dalam menerima amanat dan mengemban tugas, menjauhi sikap pengecut dan
khianat serta tidak mudah mengumbar emosi amarah dan permusuhan.
Keempat,
dimensi etika. Dengan menjalankan ibadah puasa Ramadan dengan benar dan
berkualitas, maka akan tercermin dalam diri kita nilai-nilai etika dan moral
agama yang positif untuk diaktualisasikan dalam pola kehidupan sehari-hari,
seperti: kemampuan menghadirkan alternatif-alternatif terbaik, dalam pola
berpikir, bersikap, dan bertingkah laku; kemampuan dalam mengendalikan diri
terhadap keinginan-keinginan negatif, maupun emosional destruktif;
kemampuan mengarahkan diri sendiri kepada kebenaran, sifat obyektif dan
konstruktif; kemampuan untuk menahan diri dari jebakan materialistik dan
hedonistik serta kemampuan moralitas dalam melakukan tugas dan kewajiban
melalui pertimbangan rasionalitas dan hati nurani.
Marilah kita
masuki bulan Ramadan ini dengan kesiapan diri yang prima, dengan perasaan yang
tulus ikhlas untuk menjalankan ibadah-ibadah di bulan Ramadan. Marilah kita
mantapkan hati dan jiwa kita dalam memperoleh kemuliaan puasa Ramadan, sehingga
mengantarkan kita pada satu format kehidupan yang lebih baik. Bulan Ramadan
kita jadikan momentum pembersihan diri dari dosa dan angkara murka dan
penyadaran hati nurani kemanusiaan kita. Puasa jangan hanya kita laksanakan
dengan menahan diri untuk tidak makan dan minum, namun yang paling substansial
adalah menjadikannya upaya pengekangan diri dari segala bentuk hawa nafsu yang
merugikan manusia dan kemanusiaan itu sendiri.
Wallahu a'lam
Ustadz Muhammad Niam, LLM
Dewan Asatidz PV
=====ooo000ooo=====
Semoga bermanfaat adanya.
Wassalam,
Salam Sehat Ber-Synergy
Mas Heru
Dikutip dari : SUMBER
Disponsori oleh : SYNERGY WORLDWIDE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar