Bismillahirahmanirahim
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
TUBUH manusia harus dilihat secara holistic, karena bagian demi bagian tubuh manusia merupakan matarantai saling berkaitan. Salah satu saja organ tubuh sakit, dapat mempengaruhi organ yang lain.
Hal ini dikemukakan ahli kimia Dr. Leenawaty Limantara, Ph.D. dalam seminar yang diselenggarakan Synergy World Wide, Jumat (25/4/2009) di Hotel Nikki Denpasar.
Agar secara keseluruhan matarantai ini sehat maka diperlukan nutrisi yang tepat untuk dikonsumsi tubuh. Menyadari hal ini, selama 17 tahun ia melakukan penelitian manfaat klorofil bagi tubuh. Pantaslah ia disebut sebagai pakar klorofil.
Ia satu-satunya orang di Indonesia yang melakukan penelitian tentang manfaat klorofil. Wanita yang lahir 24 Juni 1965 ini tertarik pada penelitian klorofil sejak kecil. Sama seperti saudari kembarnya yang juga tertarik pada dunia tumbuhan yang kini menjadi direktur sebuah perusahaan kelapa sawit.
Ketertarikannya itu bertambah ketika ia mendalami pendidikan di bidang biologi di Universitas Kristen Satya Wacana tahun 1985. Ia mulai serius meneliti klorofil sejak 1991 hingga kini di Universitas Internasional Ma Chung-Malang.
Di universitas ini ia menjabat rektor. Berkat riset yang dilakukannya dan berkat prestasinya, berbagai penghargaan diraihnya seperti Alexander von Humboldt-Jerman, TWAS-Italy, IFS-Swedia, ITSF award-Indonesia, AIEJ-Jepang, DAAD-Jepang, Menristek-Jakarta.
Ia menuntaskan pendidikan master hingga doktor di Jepang. Kemudian, di Ludwig-Maximillian University Muncheu-Jerman, tempat ia meraih penghargaan post doc (profesor muda).
Ia banyak pula menulis buku mengenai manfaat sumber alam dan laut Indonesia yang kaya. Karya tulisnya yang bertaraf internasional berjudul “Advance in Photosynthesis” termuat dalam bukunya yang berjudul ”Biophysical and Bioclemical Properties of Bacteriochlorophyll”.
Dalam risetnya ia menemukan bahwa tidak ada zat yang dapat diterima tubuh manusia dengan baik sebaik klorofil. Zat hijau daun ini sama dengan hemoglobin atau zat darah manusia. Struktur kedua zat ini sama, dapat menembus membran sel hingga ke otak.
Ahli klorofil terapan Jerman Hugo Scheer ini, dipilih Indonesia Toray Science Foundation untuk menerima ITSF Science and Technology Award 2005 berkat risetnya yang berjudul “Clorophyll the Golden Green: (Emas Hijau) from Basic to Its Application.” .
Ia mengungkapkan dalam risetnya bahwa klorofil dapat bekerja dalam tubuh manusia di tiga fungsi yaitu pertama, mampu membersihkan racun dan bakteri di organ hati, ginjal, pencernaan, sistem peredaran darah dan sistem pembuangan. Kedua, regulator asam basa, tekanan darah, dan kadar gula. Ketiga, sebagai regenerator atau pengganti sel yang rusak.
Dr.
Leenawaty mengungkapkan, cara kerja klorofil sebagai penyembuh dalam
tubuh, selain menyembuhkan kanker, dapat pula meningkatkan daya tahan
tubuh karena mampu menguatkan sel darah putih.
“Dunia pernah membanggakan daun alfalfa dari Timur Tengah sebagai daun yang memiliki kandungan klorofil paling banyak.
Namun, setelah saya teliti ternyata daun asli Indonesia seperti daun katuk, suji, lebih banyak mengandung klorofil,” ungkapnya. Daun ini tidak dapat dikonsumsi secara langsung, terlebih dalam jumlah banyak dan sering.
Daun tersebut tidak hanya mengandung klorofil, namun juga zat alkaloid, karsinogenik yang merupakan zat berbahaya bagi tubuh. Daun pepaya, selain klorofil juga mengandung zat papain yang mampu melunakkan daging, tetapi tidak baik untuk tubuh.
Maka, untuk mengambil zat klorofil yang baik dalam daun itu diperlukan proses pemurnian. Menurut Dr. Leenawaty kini telah banyak beredar klorofil dengan berbagai macam merek.
Sebagai ilmuwan ia memiliki kemampuan memilih produk klorofil yang proses pemurniannya menggunakan teknologi yang tepat. Namun, orang awam pun sesungguhnya dapat melihat ciri-ciri produk yang baik. Proses pemurnian klorofil tidak baik jika menggunakan pelarut organik.
Jika pelarut ini ketinggalan dalam proses pemurnian maka akan dikonsumsi tubuh yang justru dapat berakibat fatal bagi hati hingga mengalami sirosis atau hati mengeras.
Proses pemurnian klorofil yang dihasilkan Synergy World Wide tidak menggunakan pelarut organik. “Sebagai ahli saya juga tidak hadir dalam acara ini jika saya tidak tahu persis proses pemurnian klorofil,” jelasnya.
“Dunia pernah membanggakan daun alfalfa dari Timur Tengah sebagai daun yang memiliki kandungan klorofil paling banyak.
Namun, setelah saya teliti ternyata daun asli Indonesia seperti daun katuk, suji, lebih banyak mengandung klorofil,” ungkapnya. Daun ini tidak dapat dikonsumsi secara langsung, terlebih dalam jumlah banyak dan sering.
Daun tersebut tidak hanya mengandung klorofil, namun juga zat alkaloid, karsinogenik yang merupakan zat berbahaya bagi tubuh. Daun pepaya, selain klorofil juga mengandung zat papain yang mampu melunakkan daging, tetapi tidak baik untuk tubuh.
Maka, untuk mengambil zat klorofil yang baik dalam daun itu diperlukan proses pemurnian. Menurut Dr. Leenawaty kini telah banyak beredar klorofil dengan berbagai macam merek.
Sebagai ilmuwan ia memiliki kemampuan memilih produk klorofil yang proses pemurniannya menggunakan teknologi yang tepat. Namun, orang awam pun sesungguhnya dapat melihat ciri-ciri produk yang baik. Proses pemurnian klorofil tidak baik jika menggunakan pelarut organik.
Jika pelarut ini ketinggalan dalam proses pemurnian maka akan dikonsumsi tubuh yang justru dapat berakibat fatal bagi hati hingga mengalami sirosis atau hati mengeras.
Proses pemurnian klorofil yang dihasilkan Synergy World Wide tidak menggunakan pelarut organik. “Sebagai ahli saya juga tidak hadir dalam acara ini jika saya tidak tahu persis proses pemurnian klorofil,” jelasnya.
Semoga bermanfaat adanya.
Wassalam,
Salam sehat ber-Synergy,
Mas Heru
Dikutip dari : SUMBER
Tidak ada komentar:
Posting Komentar