Rabu, 04 April 2012

Pentingnya Kredibilitas

Bismillahirahmanirahim

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh



Di tahun 1993, James Kouzes dan Barry Posner meluncurkan edisi pertama dari buku “Credibility-How Leaders Gain and Lose It, Why People Demand It”. Pada era tersebut, para pemimpin belum dibekali dengan teknologi informasi yang canggih ataupun bantuan dari para konsultan yang marak ditemui saat ini. Saat itu kedua pemikir kepemimpinan terkemuka ini menemukan bahwa inti dari kepemimpinan yang efektif terletak pada kredibilitas individu yang terdiri atas kejujuran, kompetensi, dan kemampuan menginspirasi.

Setelah hampir dua dekade berlalu, dunia berubah total. Berbagai krisis mulai dari krisis ekonomi, krisis politik, hingga krisis kepercayaan melanda dunia saat ini. Di tengah situasi yang penuh ketidakpastian ini, maka Kouzes dan Posner merasa perlu kembali mengingatkan para pemimpin tentang pentingnya  kredibilitas bagi seorang pemimpin. Karena alasan tersebut, mereka merevisi total edisi pertama buku ini dan menulis ulang peran kredibilitas berdasarkan riset global yang telah mereka lakukan sepanjang tiga puluh tahun terakhir.

Dalam riset yang melibatkan lebih dari 100,000 responden dari seluruh dunia tersebut, mereka juga melakukan wawancara terhadap ratusan pemimpin dunia dari berbagai latar belakang, mulai dari dunia bisnis, pemerintahan, pendidikan, agama, hingga sektor nonprofit. Hasil riset tersebut ternyata konsisten dengan temuan mereka dua dasawarsa yang lampau. Pondasi utama dari kepemimpinan masa kini adalah kredibilitas, yang terdiri dari kejujuran, kompetensi, kemampuan menginspirasi, ditambah satu karakteristik baru, berpandangan ke depan.

Mengapa kredibilitas sangat penting? Seorang pemimpin yang kredibel akan membuat anggotanya merasa bangga menjadi bagian dari organisasi, menjadi bersemangat, memiliki komitmen dan loyalitas terhadap organisasi, dan mempunyai rasa saling memiliki terhadap organisasi. Sebaliknya, pemimpin yang memiliki kredibilitas yang rendah akan membuat anggotanya bekerja hanya pada saat diawasi, termotivasi hanya oleh uang dan materi semata, serta merasa tidak betah berlama-lama menjadi anggota organisasi tersebut.

Jenderal David Petraeus, komandan pasukan AS di Afghanistan yang kini Direktur CIA, mengamini vitalnya peran kredibilitas seorang pemimpin ini. Jenderal bintang empat yang juga Doktor lulusan Princeton ini berkisah bahwa suatu saat di tengah kekacauan dan situasi genting yang dihadapi pasukannya, seorang prajurit dating menghadap. Prajurit tersebut berkata bahwa satu-satunya yang dapat diandalkan oleh pasukannya saat itu hanyalah kredibilitas sang Jenderal, and they took that pretty seriously!

Bagaimana cara seorang pemimpin membangun dan menjaga kredibilitasnya? Kouzes dan Posner merumuskannya dalam enam buah disiplin. Disebut sebagai disiplin karena kredibilitas adalah sesuatu yang diraih dengan kerja keras dan komitmen yang tinggi. Ke-6 disiplin tersebut adalah sebagai berikut :

1.      Disiplin  Memahami Diri Sendiri / Discover Yourself.

 Seorang pemimpin harus mampu memahami dirinya terlebih dahulu sebelum memahami orang lain. Artinya, pemimpin harus memiliki sikap dan nilai-nilai yang selalu ia pegang teguh dalam mengambil keputusan. Di sini pemimpin juga dituntut memiliki kompetensi yang memadai dalam menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya.

2.      Disiplin Menghargai Bawahan

Proses ini berupa menyelaraskan nilai yang dianut oleh pemimpin dengan nilai yang dipegang teguh oleh bawahannya. Dalam proses ini, pemimpin dituntut untuk lebih banyak mendengarkan, membangun dialog, dan menghargai perbedaan pendapat dalam organisasi. Di dalam era social media saat ini, maka salah satu cara yang efektif dilakukan adalah dengan berpartisipasi aktif dalam blog korporasi.

3.      Disiplin Menegaskan Nilai-nilai Bersama

Nilai-nilai bersama adalah dasar dalam membangun hubungan kerja yang produktif dan tulus. Ketika organisasi mulai menjadi besar, bahkan melintasi batas antar negara, maka nilai-nilai bersama ini diperlukan untuk menegaskan identitas dan budaya organisasi. Salah satu caranya adalah dengan selalu menanamkan nilai-nilai bersama ke dalam  proses organisasi, mulai dari proses perekrutan anggota baru, training, hingga ke dalam proses promosi.

4.      Disiplin Membangun Kapasitas Bawahan

Lima buah kapasitas yang harus dibangun adalah kompetensi, kebebasan untuk memilih, kepercayaan diri, iklim organisasi, dan komunikasi. Yang menarik, dalam upaya membangun kompetensi, peran pemimpin hanyalah educate, educate, and educate. Dalam sebuah survey yang dilakukan oleh McKinsey di tahun 2010, maka 58% eksekutif berpendapat bahwa membangun kompetensi ada dalam tiga besar prioritas organisasi, sementara 90 persen eksekutif menganggap hal tersebut ada dalam 10 besar prioritas organisasi mereka. Dalam survey yang sama disebutkan bahwa fungsi utama kepemimpinan adalah membangun kompetensi bawahan.

5.      Disiplin Melayani

Kepemimpinan pada dasarnya adalah memberikan pelayanan kepada seluruh organisasi. Konsep ini telah banyak dibahas dalam topik-topik mengenai servant leadership. Salah satu cara termudah untuk mengukur keseriusan seorang pemimpin adalah dengan mengamati berapa banyak waktu yang dicurahkan oleh pemimpin untuk bawahan dan organisasinya. Bagi seorang pemimpin, time is the only true resource. Selain itu pemimpin yang kredibel adalah termasuk yang pertama kali mengetahui adanya masalah dalam organisasi, dan juga yang pertama kali bertindak menyelesaikan masalah tersebut.

6.      Senantiasa Disiplin Menjaga Harapan dan Semangat Bawahan.
 
Pemimpin adalah orang yang senantiasa menyebarkan antusiasme dan rasa percaya yang tulus, selalu mendorong kemauan bawahan, menyediakan sumber daya yang dibutuhkan, serta menyiratkan optimisme untuk masa depan yang lebih baik. Seburuk apapun kondisi yang tengah dihadapi, pemimpin adalah figur yang selalu tampil penuh percaya diri, berpikir positif, dan memiliki can-do attitude.

Sebagai seorang manusia, pemimpin bisa jadi melakukan kesalahan yang mengakibatkan hilangnya kredibilitas. Untuk mendapatkan kembali kredibiltas, ada 6 langkah yang harus dilakukan. Kouzes dan Posner menyebutnya sebagai Six A’s of Leadership Accountability, yang terdiri dari Accept, Admit, Apologize, Act, Amend, and Attend. Langkah pertama untuk mendapatkan kembali kredibilitas adalah menerima (accept) konsekuensi yang diakibatkan oleh kesalahan tersebut. Kemudian secara terbuka mengakui (admit) kesalahan, dan meminta maaf (apologize) kepada pihak yang dirugikan atas kesalahan yang telah dibuat. Tahap berikutnya adalah bertindak langsung (act) untuk memperbaiki (amend) kesalahan yang telah terjadi. Terakhir, hadir (attend) secara langsung dalam setiap langkah perbaikan dan bersedia mendapatkan kritik dan saran atas aksi perbaikan yang dilakukan. Kesuksesan sebuah organisasi dalam menyikapi perubahan lingkungan sangat tergantung pada bagaimana kredibilitas sang pemimpin. Namun tentu saja pemimpin tidak dapat melakukannya sendirian. Setiap orang patut berbagi tanggung jawab dan membangun rasa saling percaya untuk sebuah kerja besar yang hendak dicapai. Dengan demikian, pada akhirnya kredibilitas adalah milik setiap individu.







Judul                    : Credibility

How Leaders Gain and Lose It, Why People Demand It

Penulis                 : James M. Kouzes dan Barry Z. Posner

Penerbit               : Jossey-Bass, 2nd Edition / 2 Agustus 2011

Tebal                     : 272 Halaman

ISBN                      : 978-0470651711






Semoga bermanfaat adanya.


Wassalam,
Salam sejahtera selalu,


Mas Heru


Disadur dari : SUMBER

Disponsori oleh : PULSAGRAM

Tidak ada komentar: