Bismillahirahmanirahim
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ada yang mengatakan bahwa karakter seseorang terbentuk secara turun temurun dan terkadang tidak disadari. Apakah bisa? Mungkinkah? Jawabnya Bisa dan Mungkin, dan biasanya ini terbentuk dari Believe atau kepercayaan atau keyakinan dari orangtua yang diturunkan kepada anak. Dan jika keyakinan yang diturunkan salah, sampai 7 turunan bisa salah jika tidak diperbaiki. Baiklah, simak terus tulisan ini dan dapatkan rahasia pemahaman baru.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ada yang mengatakan bahwa karakter seseorang terbentuk secara turun temurun dan terkadang tidak disadari. Apakah bisa? Mungkinkah? Jawabnya Bisa dan Mungkin, dan biasanya ini terbentuk dari Believe atau kepercayaan atau keyakinan dari orangtua yang diturunkan kepada anak. Dan jika keyakinan yang diturunkan salah, sampai 7 turunan bisa salah jika tidak diperbaiki. Baiklah, simak terus tulisan ini dan dapatkan rahasia pemahaman baru.
Believe atau kepercayaan itu bukan berarti kita akan membahas persoalan agama atau keyakinan beribadah. Yang di
maksud adalah suatu pemikiran yang terbentuk karena pengalaman yang
berulang-ulang atau pengalaman yang berkesan. Jadi secara sederhananya
bisa kita katakan sebagai perasaan “pasti” akan sesuatu hal. contohnya
mungkin anda mempunyai perasaan yang pasti tentang kemampuan berhitung
yang baik. jadi anda punya believe atau kepercayaan “wah saya itu pintar
kalau berhitung ya”. Itu yang kita maksud dengan believe atau
kepercayaan. Atau anda punya pikiran “seperti ah saya ini sering telat,
ya”, believe saya sering telat ya itu bentuk seperti itu.
Believe bisa sesuatu yang kita inginkan atau yang tidak kita inginkan.Believe
yang kita inginkan secara sadar, believe yang terbentuk karena kita
mempelajari ajaran-ajaran agama yang kita anut itu memang kita inginkan
untuk terbentuk, lalu Believe yang terbentuk dari mempelajari
masalah-masalah akademik. Kita memang menginginkan itu agar kita bisa
seperti itu, misalkan kita belajar
matematika,dan lain sebagainya. Believe yang terbentuk dari
latihan-latihan olahraga karena kita menginginkannya, kita bisa memiliki
keyakinan yang kuat untuk kasus olahraga contoh: “tendangan saya
keras, lemparan saya pasti masuk”.
Nah berikutnya adalah Believe yang tidak
kita inginkan secara sadar. Tapi toh kita tetap punya believe ini.
misalnya Takut terhadap gelap, Wah saya kalau di tempat gelap itu
saya pasti merinding, saya pasti keringat dingin, saya pasti gak berani. Atau mungkin trauma ketinggian, wah saya ini tidak bisa naik
pesawat, itu suatu believe yang kita tidak inginkan secara sadar tapi
itu masuk dalam diri kita. Berbagai fobia terhadap binatang, kemudian
ketakutan-ketakutan terhadap guru,
ketakutan terhadap pelajaran tertentu, ketakutan membuat tujuan pribadi, perasaan-perasaan diremehkan atau perasaan bersalah terhadap sesuatu
ini adalah believe-believe yang tidak kita inginkan tetapi secara sadar
masuk dalam diri kita.
Satu hal yang mungkin perlu kita
tekankan adalah mengapa believe atau kepercayaan salah yang diajarkan
secara turun-temurun ini sesuatu yang sering orang tua
lakukan? Karena seringkali ada hal-hal yang sebenarnya kepercayaan ini
yang keliru tapi kita sampaikan kepada anak tanpa kita pertanyakan dulu,
apakah itu believe yang bagus atau tidak? Nah contohnya “hei nak jangan
main hujan nanti masuk angin”, atau “ayo mandinya cepet nanti masuk
angin lho”, “kalau kamu gak makan kamu pasti sakit lho”, jadi itu
adalah believe-believe yang dibawa dari orang tua
yang disampaikan kepada anak tapi itu belum tentu pasti bener . tapi
kalau diulang-ulang jadi bener juga. Disamping sekarang bukan orangtua
lagi yang menanamkan keyakinan yang salah, tetapi media tv, koran dan
media yang lainnya juga ambil peran serta dalam hal ini.
Apa yang menyebakan ini terjadi? Bagaimana believe bisa semudah itu tertanam dan membentuk
perilaku kita? Penjelasan ini sangat panjang, kita perlu secara khusus
mempelajari mekanisme pikiran manusia, bagaimana kata-kata bisa membentuk karakter manusia. Mudahnya, kalimat yang sering diulang-ulang bisa tertanam di dalam memori manusia dan menjadi suatu sistem
keyakinan. Dan karena banyaknya kesalahan dalam memberikan informasi
dan kesalahan menanamkan keyakinan yang dipicu oleh ketidaktahuan bagaimana
mekanisme pikiran itu bekerja. Kita tidak pernah belajar
khusus mengenai mekanisme pikiran manusia. Seingat saya waktu kuliah dulu tidak ada yang membahas soal mekanisme pikiran dan disamping itu hal ini
juga diperparah dengan control diri yang kurang baik sehingga kita tidak mau
memikirkan ulang dampak dari suatu kalimat atau tindakan terhadap anak
kita. Jikalau believe atau kepercayaan yang anda turunkan atau anda
ajarkan pada anak
itu adalah sesuatu yang positif. Itu sangat baik sekali. Jadi
misalkan “nak tahu gak kalau kita ini keturunan orang pintar jadi kamu
pasti jadi anak yang pintar dan cerdas”. Tapi kalau believe atau
kepercayaan itu begini mungkin “nak hidup ini susah kamu harus belajar yang rajin supaya dapat pekerjaan yang bagus”, sering mendengar orang tua dengan nasihat nasehatnya seperti itu kan..
Saya dulu, sering termasuk orang yang dinasehati seperti itu. Harus belajar rajin supaya dapat pekerjaan yang bagus. Betul ? Orang tua
itu lupa berpikir, lho apa anaknya itu harus jadi karyawan aja apakah
kalau nilainya jelek disekolah apakah dia tidak bisa sukses juga?. Kenapa orang tua ngga ngomong kamu harus belajar
rajin supaya besok kamu bisa menciptakan lapangan pekerjaan yang banyak
sekali. Betul ? Believe lain yang sering menghambat anak untuk
sukses adalah believe orang tua
kadang-kadang seperti ini “nak cari uang itu susah kamu harus kerja
nanti untuk itu kamu harus pintar” maksudnya kalau kamu dapat nilai
bagus kamu nanti bisa bekerja diperusahaan yang bagus. Kenapa kok ngak
ngomongnya kayak gini, “nak kamu tahu kamu harus pinter itu kenapa?
Supaya kamu bisa buat perusahaan bagus. Jadi kamu bisa pekerjakan orang
–orang yang pinter”, kenapa koq gak ngomong seperti itu ya? Jadi seperti
itulah believe-believe yang kadang orang tua turunkan kepada anak tanpa dipikir. Sehingga bisa kita pahami bagaimana karakter kebanyakan orang disekelilingi kita dan bagaimana juga karakter bangsa ini?
Jadi untuk menghindari kesalahan ini adalah anda sebagai orang tua untuk mencoba menganalisa kebiasaan anda dalam mengomentari sesuatu. Jadi
anda melihat ada suatu kejadian dan anda mengomentari dan anda coba
pikirkan apakah sudah bentul kata-kata anda itu. Dan anda mungkin juga
bisa berpikir apa dampaknya dari perkataan anda ini pada anak anda. Pertimbangkan dampak sugesti yang terkandung dalam setiap perkataan yang sering kita ulangi.
Semoga bermanfaat adanya.
Wassalam,
Salam sejahtera selalu,
Mas Heru
Disadur dari : SUMBER
Disponsori oleh : PULSAGRAM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar